Kategori

Senin, 30 Januari 2023

MENULIS FIKSI ? SEPERTINYA SERU

 

Resume Ke                    : 10

Gelombang                    : 28

Hari tanggal                  : Senin, 30 Januari 2023

Tema                                : Kiat Menulis Cerita Fiksi

Narasumber                  : Sudomo, S. Pt

Moderator                      : Bambang Purwanto, S. Kom. Gr


Tema KBMN malam ini adalah sebuah hal baru bagi saya, yaitu “Kiat Menulis Cerita Fiksi” dengan narasumber bapak Sudomo, S. Pt atau biasa disapa Mazmo. Kelas pertama kali dibuka oleh moderator yaitu Mr. Bams dengan menyapa para peserta dan narasumber lewat wa group. Dan Mazmo memulai dengan menyampaikan metode pembelajaran malam ini menggunakan alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, dan Aksi Nyata.

1.      Mulai dari Diri.

Pada alur ini, Mazmo langsung meminta peserta mengirimkan cerita singkat terkait pengalaman. Bisa pengalaman mengalami kendala memulai menulis cerita fiksi. Bisa juga tantangan yang dihadapi saat menulis cerita fiksi. Bisa juga pengalaman telah menerbitkan buku fiksi. Banyak peserta yang menyampaikan pengalamannya, termasuk saya.

“ Menulis cerita fiksi, tak terlintas sedikitpun dibenak saya. Kalau membaca cerita fiksi, itu saya suka. Jaman saya usia SMP, uang jajan lebih sering saya gunakan untuk menyewa novel daripada jajan makanan. Tetapi untuk membuat sendiri cerita fiksi.. hhmm.. tidak pernah terpikirkan sebelumnya.” Demikian pengalaman saya.

 

2.      Eksplorasi Konsep.

Pada alur ini, narasumber mempersilakan mempelajari secara mandiri materi yang telah disiapkan dalam bentuk cerita pendek. Peserta bisa membaca dan membuat catatan/pertanyaan terkait materi yang ingin digali lebih dalam lagi. Pada tautan ini https://s.id/MateriSudomo

Garis besar materi dari cerpen tersebut adalah alasan mengapa harus menulis cerita fiksi, syarat bisa menulis cerita fiksi, bentuk-bentuk cerita fiksi, unsur-unsur pembangun cerita fiksi, dan tips menulis cerita fiksi.

Mazmo membagikan beberapa poin penting materi malam ini. Terutama untuk hal-hal yang mungkin baru bagi peserta, diantaranya adalah :

fiksimini, yaitu fiksi singkat yang hanya terdiri dari beberapa kata saja. Berikut adalah contoh fiksimini yang terkenal For sale: baby shoes, never worn. Ernest Hemingway. Jika diperhatikan, secuil kalimat itu memiliki maknanya luas dan dalam.

flash fiction, yaitu cerita kilat dengan kekhususan jumlah kata. Biasanya mengandung plot twist.

Premis adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat. Premis terkait unsur pembangun cerita fiksi yang perlu ditambahkan

Contoh premis: Seorang anak yang berjuang melawan penyihir jahat demi kedamaian dunia. Itu adalah premis dari novel Harry Potter. Kekuatan premis adalah mampu menggambarkan novel yang tebal hanya dalam satu kalimat saja. Premis mengandung unsur, yaitu tokoh, tantangan, tujuan tokoh, dan resolusi. Syarat premis memenuhi unsur-unsur, yaitu tokoh, tujuan tokoh, tantangan, dan resolusi. Premis adalah garis besar cerita yang akan tulis.

 

3.      Ruang Kolaborasi

Pada alur ini Mazmo memberikan beberapa kalimat,  Berikut ini adalah kalimat yang bisa peserta lanjutkan:

“Perlahan suara-suara itu menghilang. Dalam gulita aku menggigil sendirian. Mendadak bulu kudukku meremang. Terdengar suara di kejauhan. Semakin lama kian mendekat…. “

 

4.      Demonstrasi Kontekstual.

Pada alur ini kita bisa menuliskan lima tema yang paling disukai dan kuasai. Kita boleh menuliskannya di notes HP atau docs atau di mana saja.

 

5.      Elaborasi Pemahaman.

Pada alur ini kita akan lebih melakukan tanya jawab. Mazmo membersilakan peserta mengirimkan pertanyaan terkait materi terutama menyangkut hal-hal yang ingin diperdalam lagi.

 

6.      Koneksi Antarmateri.

Pada alur belajar ini, narasumber mempersilakan peserta  menuliskan kesimpulan dari materi belajar malam ini.

 

7.      Aksi Nyata.

Alur belajar ini, yaitu terkait dengan penerapan materi malam ini dalam bentuk tulisan, yaitu resume hasil belajar.

Selain materi diatas, bisa saya resume dan simpulkan dari komentar Mazmo kepada peserta yang menyampaikan pengalaman maupun pertanyan, yaitu :

·     Salah satu alasan menulis fiksi, menyembunyikan dan menyembuhkan luka

·     Dengan niat dan komitmen kuat merupakan salah satu cara agar bisa menulis fiksi dengan baik

·     Mencari referensi tentang outline/kerangka karangan sebagai strategi menulis fiksi agar cerita tetap pada jalurnya.

·     Harus terus menulis serta membaca karya fiksi orang lain untuk memperkaya pemahaman dan keterampilan.

·     Ada jalan untuk memperbaiki kesemerawutan. Konsisten menulis fiksi akan membuat terbiasa.

·     Selama ada niat dan komitmen memulai dan menyelesaikan tulisan, maka jadilah sebuah cerita fiksi.

·     Ada baiknya kita membuat outline/kerangka karangan terlebih dahulu

·     Salah satu tips menulis cerita fiksi adalah mengambil tema yang kita sukai dan kuasai

·     Latihan khususnya adalah dengan terus konsisten menulis. Konsistensi ini akan membuat seorang penulis terbiasa nyaman menulis dalam kondisi apa pun.

·     Tips menulis cerita fiksi, yaitu menumbuhkan niat, menentukan ide dan genre yang disukai dan kuasai, membaca karya fiksi orang lain, membuat kerangka, dan mulailah menulis kemudian menyelesaikannya.

·     Penting membuat outline/kerangka karangan dengan tujuan agar tulisan tetap berada di jalurnya. Istilahnya sebagai pengingat bagi kita ketika akan melanggar jalur.

·     Berikut penjelasan terkait outline:

a)       Kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi

b)       Menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi kita

c)        Membuat premis sesuai tema

d)       Menentukan uraian alur/plot berdasarkan unsur-unsurnya

e)       Menentukan penokohan kuat berdasarkan jenis dan teknik penggambaran watak tokoh dengan baik

f)         Menentukan latar/setting dengan menunjukkan sisi eksotis dan detail

g)       Memilih sudut pandang penceritaan yang unik

·     Cerita tentang kisah nyata bisa ditambahi bumbu penyedap. Jadi kisah nyata menjadi dasar menulis saja. Selanjutnya dikembangkan agar lebih menarik lagi.

·     Kiat mudah membangun alur

a)     Tentukan dulu jenis alur/plot yang ingin digunakan;

b)     Memahami unsur-unsur alur/plot yang meliputi Pengenalan cerita, Awal konflik, Menuju konflik, Konflik memuncak/klimaks, Penyelesaian/ending.

·     Contoh plot / alur sederhana

 


·       Kisah nyata boleh difiksikan prosesnya sama seperti menulis fiksi pada umumnya. Kisah nyata hanya dijadikan sebagai ide dasar saja. Pengembangan dilakukan dengan menambah bumbu misalnya konflik, tantangan tokoh, dll.

·       Cara menulis fiksi yang berangkat dari kisah nyata yang apik :

a.       Kuncinya tambahkan bumbu berupa konflik, hambatan/tantangan yang dihadapi tokoh, ending yang menyentuh, dll;

b.      Memberikan penjelasan selangkah demi selangkah terkait detail karakter, sifat, watak dengan metode show don't tell. Kemudian gambarkan tokoh melalui gaya bahasa, lingkungan tokoh, perilaku

c.       Kunci menjaga netralitas penulis POV 1 adalah jangan baper. Tempatkan diri sebagai penulis, bukan tokoh.

·       Kiat sukses membuat dialog yang menarik adalah buatlah dialog yang 'hidup'. Ciri-ciri dialog yang hidup itu tidak kaku, sesuai setting tempat cerita, dan ada aktivitas tokoh menyertai dialog.

·       Materi lebih lengkap bisa kita tonton di channel Youtube Mazmo di https://youtu.be/dXX9RWxT_u8

Demikian materi KBMN 28 malam ini. Terimakasih kepada narasumber dan moderator. Menulis cerita fiksi sepertinya seru sebab bisa diambil dari kisah nyata yang dialami penulis cuma dipoles menjadi sebuah alur cerita. Pengen nyoba sihh,, tapi kapan yaa..


Sabtu, 28 Januari 2023

NGEMIL NULIS

 

Resume Ke                    : 9

Gelombang                    : 28

Hari tanggal                  : Jumat, 27 Januari 2023

Tema                                : Menulis Itu Mudah

Narasumber                  : Prof. Dr. Ngainun Naim

Moderator                      : Lely Suryani, S. Pd.SD


Writing is Easy??? Hemmm siapa bilang. Menulis itu semudah berkata, semudah bernafas, semudah kita menggerakkan kaki mengikuti irama. Masih kesulitan menulis. Ikuti kelas malam ini, dan hempaskan segala kegundahan. So katakan Menulis itu mudah bukan??? Anda butuh bukti.

Demikian salah satu contoh kata-kata menggelora penuh motivasi yang saya baca di group wa KBMN 28 malam ini. Sering sekali para mentor memotivasi kami untuk berliterasi.   Sepertinya memang menulis itu mudah, tetapi kalau saya, rasa malas selalu saja bersemayam. Duhh.. sudah pertemuan kesembilan tetapi masih saja berusaha memupuk komitmen dan konsisten menulis. Sudah ada sedikit perubahan sih, contohnya saya mencoba mengisi sebuah list ajakan menulis antologi kisah nyata oleh salah satu mentor tim solid Omjay. Walaupun sudah hampir sebulan ini diberi waktu, tetapi tulisan juga belum selesai. Setidaknya saya berusaha menulis, membaca ulang, mengedit, menulis lagi, membaca lagi, mengedit lagi. Tetap saja saya belum merasa bahwa tulisan saya bagus.

Menulis itu mudah adalah tema KBMN 28 malam ini. Dengan narasumber Prof. Dr. Ngainun Naim dan moderator ibu Lely Suryani, S. Pd.SD. Bapak Prof. Ngainun Naim yang juga seorang dosen di Perguruan Tinggi Negeri merupakan seorang penulis aktif dijurnal maupun di blog dengan karya puluhan buku.

Prof. Ngainun Naim tidak menjelaskan bahwa menulis itu mudah atau sulit. Beliau  hanya ingin mengajak Bapak Ibu sekalian bisa menulis. Caranya :

1.     Menulislah hal-hal sederhana yang kita alami. Jadi pengalaman hidup sehari-hari itu sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami. Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan. Tulis saja. Jangan takut salah atau jelek. Takutlah jika tidak menulis. Jika kunci dijalankan, menulis akan mudah.

2.     Jangan menulis sambil dibaca lalu diedit. Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Nulis itu ya nulis. Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas. Nah, selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di komputer. Jangan dibaca dulu. Cari suasana psikologis yang berbeda. Saat berbeda, misalnya nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca. Cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah. Jika ada typo, perbaiki.  Sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, bacalah ulang tulisannya, Bisa sekali atau dua kali. Prinsipnya sederhana, meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan penulis. Kenapa? Karena tulisan kita adalah jejak kita. Untuk lebih jelasnya bisa baca di blog narasumber yang telah diedit beberapa kali di link  https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/63d1f30408a8b51db6795d52/menjadikan-literasi-sebagai-tradisi. Ada yang komentar tulisan Prof berat-berat, padahal ringan menurut Prof. karena beliau menulis dua kategori, jika untuk kepentingan akademik karena Prof. seorang guru besar ya berat. Ringan itu untuk kepentingan publik karena Prof. menyukai menulis apa pun.

3.     Menulis tentang perjalanan. Ini juga jenis tulisan yang mudah dibuat. Jika kita  rekreasi, tulis saja hal-hal yang kita alami. Itu mudah karena kita menjalaninya.

4.     Menulis secara ngemil. Sedikit demi sedikit. Prof. nyaris setiap hari menulis beberapa jenis tulisan. Tidak banyak, untuk blog atau Kompasiana, Prof. menarget 3-5 paragraf. Untuk artikel jurnal, Prof. menarget 1 paragraf. Itu target minimal. Itu yang Prof. perjuangkan. Pagi Prof. menulis artikel jurnal 1 paragraf. Sampai di kantor Prof. menulis untuk blog. Paling 1-2 paragraf.

Demikian empat hal yang disampaikan  Prof. Dr. Ngainun Naim. Katanya hal itu mudah untuk dipraktikkan. Kalau jenis tulisan ilmiah, beda lagi. Harus ada jakian pustaka yang jelas dan tidak sembarang menyimpulkan.

Saya tertarik dengan istilah Menulis secara ngemil. Boleh juga tuh dipraktikkan, ini hal baru bagi saya yang tidak biasa menulis. Berikut saya resume beberapa pertanyaan beserta jawabannya :

Tanya ( Bu Dewi ):

Kadang banyak orang yang menganggap menulis itu susah dengan barbagai macam alasan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan keyakinan kepada mareka bahwa menulis itu sebenarnya tidak susah? Sehingga kita bisa mengajak orang-orang disekitar kita juga menyukai literasi terutama menulis ini.

Jawab  ( Prof. Dr. Ngainun Naim)

Saya sejauh ini berpikir terbalik. Saya mewajibkan diri saya terus menulis. Orang lain itu tidak saya paksa untuk menulis. Jika saya menjadi teladan, mereka akan terinspirasi dan mengikuti. Sejauh ini saya memiliki banyak sekali "murid" yang menulis setiap hari. Ya, setiap hari.

Contoh penulisan jurnal di Google Scholar milik Prof :

https://www.spirit-literasi.id/2022/08/menulis-penelitian-dan-artikel-jurnal.html.

https://scholar.google.co.id/citations?user=SbPI0fkAAAAJ&hl=id&oi=ao.

Tanya (Evridus Mangung)

 Menulislah hal-hal sederhana. Ini pernyataan yang keren dari narsum malam ini. Pertanyaannya adalah bagaimana cara untuk mengatasi hal-hal seperti kesulitan memulai menulis pada alinea awal. Sudah ada gagasan dalam kepala tetapi tidak tahu bagaimana menulisnya. Hal ini terjadi di awal-awal sebelum menulis pargaraf pertama dalam tulisan.

Jawab  ( Prof. Dr. Ngainun Naim)

Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek, takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya ya ditulis. Bisa dilihat dari blog saya. Saya selalu mengawali tulisan dengan prolog sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya. Kata salah seorang penulis: cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan.

 

Tanya (Imro'atus Sholihah)

Bagaimana agar menulis itu benar-benar mudah?

Jawab  ( Prof. Dr. Ngainun Naim)

Baik, langkah awalnya itu dipaksa. Ya, tidak ada yang benar-benar mudah dalam hidup ini. Saya bisa naik sepeda itu karena dipaksa. Ya, beberapa kali jatuh. Tapi sekarang benar-benar mudah. Ndak mikir. Dulu saya berjalan saat kecil itu juga dipaksa oleh orang tua. Sekarang benar-benar mudah. Jadi jika menulis ingin benar-benar mudah, paksalah untuk menulis setiap hari. Jika mampu menulis setiap hari selama tiga bulan, buktikan nanti akan ketagihan.

 

Masih banyak resume saya tetapi mohon maaf, tulisan ini belum selesai dan akan bersambung... jadi saya benar-benar sambil praktik ngemil nulis.

Rabu, 25 Januari 2023

Berawal dari Iseng Ikut Pelatihan

 Resume Ke                    : 8

Gelombang                    : 28

Hari tanggal                  : Rabu, 25 Januari 2023

Tema                                : Komitmen Menulis di Blog

Narasumber                  : Drs. Dedi Dwitagama, M. Si

Moderator                      : Sigit PN, SH


Malam ini agak berbeda dengan malam sebelumnya. Proses pembelajaran KBMN 28 yang biasanya menggunakan media wa group malam ini menggunakan media zoom meet dengan id https://telkomsel.zoom.us/j/95876525576 . ID Rapat: 958 7652 5576. Narasumber Drs. Dedi Dwitagama, M. Si mengawali dengan memberi waktu kepada peserta untuk searching tentang biodata beliau di platform yang dipunyai. Keren, banyak sekali pemberitaan tentang bapak narasumber kita malam ini. Beliau seorang penulis blog aktif dan menjadi pembicara sejak menjadi mahasiswa.


Pak Dedi dalam memberikan materinya lebih banyak menyampaikan pengalaman beliau menjadi penulis blog. Bahwa seorang penulis blog harus mempunyai komitmen tinggi untuk menulis sesering mungkin. Beliau juga memberi arahan bahwa jadilah orang yang produktif karena ketika kita produktif maka pekerjaan yang mencari kita bukan kita yang mencari pekerjaan. Ketika kita produktik maka kesuksesan yang mendatangi kita, pekerjaan yang mendatangi kita.dan kita juga menjadi lebih percaya diri.

Lebih lanjut narasumber memberikan saran bahwa taruhlah segala kenangan di media sosial, ceritakan pada semua orang di blog. Karena di blog kita bisa bebas bercerita dengan ruang yang lebih luas untuk menulis. Dokumentasikan semua kegiatan kita, hari-hari kita, agar kelak ketika kita sudah meninggal, masih ada rekam jejak yang bisa dicari oleh anak cucu kita. Jangan lewatkan setiap moment, berilah cerita sesuai sudat pandang pikiran kita.


Jika menulis disebuah platform dan ketika mereka bangkrut maka tulisan kita akan hilang. Tetapi jika memakai blog sendiri maka tidak akan hilang, selamanya akan terekam sebagai blog pribadi kita, kita yang menguasai sepenuhnya.


Agar tulisan kita tetap eksis di blog maka perlu memperhatikan tema tulisan kita. Menulislah setiap ada kesempatan. Tidak usah berpikir menarik atau tidak. Tidak apa-apa bahasa tidak sesuai kaidah EYD yang penting pembaca suka. Sering-seringlah berkunjung ke blog teman-teman dan saling menyemangati, membaca tulisan orang lain akan memperkaya pengetahuan kita.


         Demikian paparan narasumber malam hari ini yang lebih banyak menceritakan pengalaman pribadi dari pada sekedar teori. Terimakasih pak dedi, sangat menginspirasi saya. Walapun saya belum bisa menulis secara konsisten setidaknya bagi saya ini sudah merupakan prestasi besar. Karena sebelumnya saya tidak suka menulis dan belum pernah menulis di blog. Hanya iseng saja mengikuti pelatihan KBMN 28 ini. Semoga keterusan…

Senin, 23 Januari 2023

Writer’s Block Menghantuiku

 

Resume Ke                    : 7

Gelombang                    : 28

Hari tanggal                  : Senin, 23 Januari 2023

Tema                                : Writer’s Block

Narasumber                  : Ditta Widya Utami, S. Pd., Gr

Moderator                      : Raliyanti, S. Sos., M. Pd



Malam ini tak terasa kita sudah memasuki hari ketujuh pelatihan kelas belajar menulis nusantara (KBMN) 28 yang diselenggarakan oleh PGRI. Omjay mengawali dengan kata-kata motivasi kepada peserta. Siapa yang fokus pasti akan lulus. Di dalam kesulitan itu pasti ada kemudahan. Namun sebaliknya di dalam kemudahan itu justru ada kesulitan. Kita sendiri yang menciptakan kesulitan demi kesulitan sehingga hidup menjadi terasa sulit, tulis Omjay. Saya ingin fokus belajar menulis Om, tetapi selalu ada alasan yang membuat kegiatan menulis ini tertunda, ya.. alasan yang dianggap klasik mungkin, tetapi saya berusaha semaksimal mungkin disela kesibukan 40 jam mengajar tatap muka.

Malam ini bersama ibu Raliyanti yang menjadi moderator dan ibu Ditta yang menjadi narasumber. Saya akan menyiapkan resume dengan baik siapa tahu kelak bisa menjadi buku yang bermutu. Dari kumpulan tulisan di blog akan menjelma menjadi buku yang enak dibaca (Bercita-cita dulu lahh… ). Seperti harapan Omjay, banyak peserta yang lulus di gelombang 28 ini karena mereka fokus dan membaca dengan seksama informasi yang ada dalam wa group ini. Tak ada penulis yang malas membaca, ingatlah selalu salah satu mantra ajaib Omjay yaitu membaca lah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Banyak membaca akan membuat anda keliling dunia. Banyak ilmu dan pengetahuan anda dapatkan. Banyak pengalaman orang lain bisa anda tiru dan kemudian anda amalkan dalam kehidupan sehari-hari, sambung Omjay. 

Saya siap mengikuti jejak teman-teman penulis yang luar biasa, tetapi mungkin tidak bisa sekencang berlarinya teman-teman semua. Bersama lurusnya niat, pupukan semangat dan adanya sedikit hasrat, saya akan belajar menulis. Walaupun belum menjadi penulis hebat, setidaknya saya sudah mengawali dari sekarang, semoga ini waktu yang tepat. (Sejatinya ini mensupport diri untuk terus menyelesaikan resume tepat waktu).

Moderator, Ibu Raliyanti mengawali dengan menceritakan pengalaman beliau bahwa dengan rutin mengikuti kegiatan, mensupport diri untuk terus menyelesaikan resume on time, saling blog walking memberi semangat kemudian akhirnya beliau pun dinyatakan lulus karena jumlah  resumenya sesuai kategori dan beliau juga berhasil memiliki buku karya sendiri. Semua ini terwujud karena beliau punya mimpi, termotivasi karena komunitas ini dan mendapat support serta ilmu dari narasumber hebat yang ikhlas berbagi tanpa pamrih. Siapa pun yang ingin menjadi penulis handal, maka harus siap dengan prosesnya. Tak bisa instan tentu. Diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko, dan lainnya yang tak bisa disebut satu per satu.

Narasumber, Ibu Ditta juga mengawali dengan menceritakan pengalaman beliau bahwa beliau sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). Kemudian  saat SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. Atas arahan guru Bahasa Inggrisnya saat itu, beliau juga menulis diary dalam bahasa Inggris. Ketika SMA, ibu Ditta masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diarynya sempat berkomentar bahwa tulisan beliau sudah seperti novel (hebat ya.. ). Lebih lanjut ibu Ditta menambahkan bahwa namanya anak remaja, banyak emosi yang dituangkan dalam catatan Ditta remaja. Namun belakangan, beliau tahu bahwa menulis apa pun yang kita rasakan bisa menjadi self healing yang baik. Bahkan saat ini, beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi. Rupanya kebiasaan menulis tersebut memberi banyak manfaat. Misalnya ketika kuliah, Bu Ditta  pernah membuat buku “Petualangan Kimia” bersama rekannya dan diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan. Alhamdulillah meraih posisi kedua. Woww.

Masih melanjutkan pengalaman bu Ditta. Di saat kuliah juga, beliau menulis proposal bersama teman-teman dan berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. Di tahun 2009-2010 jumlah tersebut tentu sangat besar. Awal masuk dunia kerja, bisa dibilang bu Ditta cukup vakum menulis. Mengajar di boarding school dengan aktivitas yang padat membuat beliau mengambil jeda sejenak dalam dunia kepenulisan. Hingga akhirnya di awal masa pandemi, beliau mengikuti kelas menulis bersama PGRI dan masuk di angkatan ke-7. Bu Ditta sangat bersyukur, karena berawal dari arahan untuk membuat resume, kemudian kembali aktif menulis di blog. Bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko beliau menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof. Eko) yang bukunya terbit di penerbit mayor. Karena terbiasa menulis juga, beliau bisa menyelesaikan esai di seleksi Calon Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 dan lulus. Alhamdulillah saat ini sedang bertugas lagi di Angkatan 6.

Narasumber mulai menyampaikan materinya bahwa disadari atau tidak, menulis memiliki banyak manfaat. Ada yang menulis karena hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya. Aktivitas menulis itu maknanya luas, ada tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume dan sebagainya. Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yang tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll. Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block. Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, Writer's Block bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan. Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya. Karena Writer's Block ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.

Sederhananya, Writer's Block (WB) adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun tidak. Istilah writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika. Berkaca dari pengalaman narasumber, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis. Itulah mengapa dikatakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan?. Begitu pula dengan WB. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya. Berikut adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan WB :


Mencoba metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Misal ketika jadi penyebab, ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB. Lalu bagaimana ini bisa menjadi salah satu obat WB? Jawabannya akan berkaitan dengan faktor penyebab WB yang kedua dan ketiga. Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik. Lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress. Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Terserang WB deh. Maka, mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi.

Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan. Beberapa teman dan narasumber sendiri terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing. Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata. Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.

Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis. Jika terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisan saya sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya tulisan kita tidak akan pernah selesai. Kondisi menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dan sebagainya ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas.

Nah, jadi siapa yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masih banyak kekhawatiran lainnya ? Yuk, dicoba menulis bebas untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya. Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai?. So, ayooo semangattt menulisss… Demikian kata-kata motivasi dari bu Ditta yang sangat jleb bagi saya. Itu saya banget Bu.

Berikut beberapa tanya jawab yang bisa saya resume malam ini :

Tanya  ( Bu Indah ):

Bagaimana cara mengatasi WB saat kita mengikuti 3 pelatihan sekaligus, seperti yang saya alami saat ini, saya mengikuti pelatihan KBMN 28, tapi juga minat dengan tantangan Prof. Ekoji, dan juga program dari pak Dail, semuanya hanya membutuhkan waktu singkat, kadang kalo digunakan untuk membaca-baca seperti ada waktu yang hilang, mohon pencerahannya agar semuanya dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan

Jawab ( Bu Ditta ):

Kalau saya di posisi Ibu, saya akan membuat skala prioritas dan jadwal menulis. Insya Allah ketiga-tiganya akan bisa dijalani dengan baik asal kita istiqomah dengan jadwal yang telah kita tetapkan. Cari dan kenali waktu emas kita dalam menulis (karena tiap orang bisa berbeda). Apakah kita senang menulis di kala subuh? Sebelum tidur? Saat jeda istirahat?. Menulislah di waktu terbaik tersebut.

Tanya ( Pak agung ) :

 Saya sudah merasakan writer's block ketika tulisan saya sedikit yang membaca.  Muncul di sana keengganan untuk menulis lagi. Apakah yang harus saya lakukan. Menulis dengan topik aktual tetapi kurang dikuasai, atau terus menulis tanpa menghiraukan jumlah pembaca?

Jawab ( Bu Ditta ):

Saya juga pernah merasa di posisi Pak Agung. Sedih memang ketika sudah menulis dengan kesungguhan hati namun masih sedikit yang membaca. Tapi, kalau boleh saya tanyakan, apa sebetulnya niat Pak Agung dalam menulis? Seingat saya Prof Eko juga menyarankan agar kita menulis sesuai dengan minat kita atau yang kita kuasai. Namun, jika niat kita memang menulis agar bisa dibaca banyak orang, banyak cara yang bisa ditempuh. Tetap konsisten menulis dan berbagi tulisan, atau ikut kelas menulis khusus untuk freelance seperti ghost writer, content writer, dll. Berbeda jika ternyata kita memiliki niat lain. Misal, untuk berbagi pengalaman, maka, jangan jadikan jumlah pembaca sebagai patokan. Karena setiap penulis akan menemukan takdir pada para pembacanya. Yakin, bahwa setiap tulisan yang kita buat akan tetap bermanfaat walau hanya untuk satu orang. Bukankah, satu tulisan yang bermanfaat atau menginspirasi bagi satu orang, akan lebih baik daripada tulisan yang dibaca banyak orang tapi mudah dilupakan?

Tanya ( Pak Rahman ) :

Bagaimana cara kita untuk menghilangkan rasa keragu-raguan saat menulis, karena ide mandek di tengah jalan.

Jawab ( Bu Ditta ):

Yuk, menulis dengan teknik free writing alias menulis bebas. Saat mandek, coba tulis saja:"Sekarang ini saya sedang buntu menulis. Entah mengapa tiba-tiba mandek. Seperti sedang berlari sprint lantas menabrak tembok .... dst." Atau bisa juga: "Jujur, saat ini aku ragu. Ragu jika tulisanku ini seindah pelangi. Seharum mawar. Atau sebaik intan yang akan dipandang banyak orang. Banyak ketakutan yang muncul dalam benakku ... dst". Nah kan meski mandek, dengan teknik free writing (biarkan tangan menulis dan ide muncul belakangan, tak perlu bingung benar salah yang penting nulis). Dengan teknik free writing, insya Allah bisa kabur tuh virus WB nya.

Tanya ( Bunda ) :

Bagaimana trik trik biar bisa menulis yang bermutu. Saya mulai menulis sudah setua ini umur saya yaitu 50 tahun  lebih, tapi saya semangat.

Jawab ( Bu Ditta ):

Kisah Bunda Lilis dan Bunda Kanjeng cocok jadi inspirasi nih untuk kasus Bunda. Untuk tipsnya "practice makes perfect" dan perbanyak membaca terkait dengan apa yang akan kita tulis. Misal jika Bunda senang menulis puisi, maka mari membaca karya karya sastrawan terkemuka. Bila senang cerpen, mari perbanyak baca cerpen yang berhasil dimuat di media massa atau karya cerpenis populer. Membacanya harus seperti kacang goreng. Dinikmati, diresapi kata-katanya, kenali diksi yang digunakan, dsb. Bukankah makan kacang goreng lebih nikmat bila perlahan, bukan sekaligus. Lain halnya jika ingin menulis karya ilmiah, ya mesti mau membaca jurnal. Saya pernah baca tulisan Prof. Ngainun, jika ingin menulis jurnal, setidaknya kita harus membaca beberapa volume dari jurnal yang kita targetkan.

 Terakhir Bu Ditta menyampaikan sedikit tips yang dikutip dari seorang penulis bernama Mark Twain: "Rahasia untuk maju adalah memulai. Rahasia untuk memulai adalah memecah tugas-tugas rumit Anda yang luar biasa menjadi tugas-tugas kecil yang dapat dikelola, dan kemudian memulai dari yang pertama."

Demikian sekelumit materi KBMN malam ini. Saya masih sering mengalami WB. Saya berusaha menghalaunya, tapi WB datang lagi, saya halau lagi, datang lagi.. huftt.. Writer’s Block menyingkirlah dariku…